11.10.06

Yang Muda Yang Bersemangat

Raut wajah Deni terlihat murung. Bayangan menjadi dokter semakin memudar dalam lamunannya.

"Bagaimana aku bisa menjadi seorang dokter kalau sampai saat ini aku tak mampu menghapal anatomi tubuh manusia?" Wajahnya semakin kuyu dan matanya mulai mulai berkaca-kaca."Bantat lagiiiii...", teriak Sandra ketika mengetahui bolu ketiga buatannya ternyata bantat lagi.Selain Deni dan Sandra, pasti kita pernah merasakan berada di posisi seperti mereka, seakan ingin menyerah saja. Coba kita tanyakan sama ukhti Rahmah, apakah ia tidak pernah membuat bolu bantat; pada akhi Guruh, apakah ia tidak pernah membuat komputer jadi error; pada akhi Alghifari, apakah ia tidak pernah membuat hasil disain yang dianggap orang sebagai disain aneh.

Saat ini kita mengetahui bahwa mereka sudah memiliki keahlian di bidangnya masing-masing. Kita tidak mengetahui bagaimana proses yang telah mereka lalui selama ini. Sebenarnya, mereka telah melewati proses yang panjang, proses dimana mereka menemui cobaan dan kesulitan.Semua orang berhasil, termasuk Rasulullah, telah melewati banyak cobaan dan kesulitan dalam masa proses yang panjang sebelum memperoleh keberhasilan."Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.

Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-An 'Aam: 165)Hmm, tidak ada yang terlepas dari ujian Allah. Tidak ada pemberian-Nya yang terlepas dari ujian. So, jangan pernah berpikir kalau orang-orang yang telah berhasil selalu mudah mendapatkan keberhasilannya.Jalan menuju keberhasilan memang berliku dan penuh cobaan.

Jalan itu pasti ada kesalahan, rasa sakit, kekecewaan, kemunduran, ketidaksempurnaan, tapi justru karena semua itulah yang membuat kita semakin matang. Ingatlah bahwa setelah kesulitan akan ada kemudahan. Kematangan itu bertanda bahwa kita telah mampu mendapatkan keberkahan dari Allah akan sesuatu nikmat-Nya."..Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada dua kemudahan, maka apabila telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain).." (QS. Alam Nasyruh: 6-7)Jadi, jangan pernah takut mengalami kesalahan dan kesilapan karena di dalam belajar selalu ada kesalahan dan kesilapan.

Jangan pernah menyerah bila menemukan kesalahan dan kesilapan. Teruslah berusaha, pantang menyerah karena Allah SWT menyukai ummat-Nya yang tangguh. Mulailah belajar dan berkreasi dengan semangat positif dan keyakinan bahwa Allah selalu melindungi. Jadilah pemuda Islam yang tangguh.

Wanita yang disunahkan untuk dilamar

Dalam melamar, seorang muslim dianjurkan untuk memperhatikan beberapa sifat yang ada pada wanita yang akan dilamar, apa saja kah yang perlu diperhatikan oleh seorang muslim terhadap wanita yang akan dilamarnya? Dalam melamar, seorang muslim dianjurkan untuk memperhatikan beberapa sifat yang ada pada wanita yang akan dilamar, diantaranya:

1. Wanita itu disunahkan seorang yang penuh cinta kasih. Maksudnya ia harus selalu menjaga kecintaan terhadap suaminya, sementara sang suami pun memiliki kecenderungan dan rasa cinta kepadanya. Selain itu, ia juga harus berusaha menjaga keridhaan suaminya, mengerjakan apa yang disukai suaminya, menjadikan suaminya merasa tentram hidup dengannya, senang berbincang dan berbagi kasih saying dengannya. Dan hal itu jelas sejalan dengan firman Allah Ta’ala, Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tentram kepadanya. Dan Dia jadikan di antara kalian rasa kasih dan saying. (ar-Ruum:21).

2. Disunahkan pula agar wanita yang dilamar itu seorang yang banyak memberikan keturunan, karena ketenangan, kebahagiaan dan keharmonisan keluarga akan terwujud dengan lahirnya anak-anak yang menjadi harapan setiap pasangan suami-istri. Berkenaan dengan hal tersebut, Allah Ta’ala berfirman, Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa’. (al-Furqan:74). Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Menikahlah dengan wanita-wanita yang penuh cinta dan yang banyak melahirkan keturunan. Karena sesungguhnya aku merasa bangga dengan banyaknya jumlah kalian pada hari kiamat kelak. Demikian hadist yang diriwayatkan Abu Daud, Nasa’I, al-Hakim, dan ia mengatakan, Hadits tersebut sanadnya shahih.

3. Hendaknya wanita yang akan dinikahi itu seorang yang masih gadis dan masih muda. Hal itu sebagaimana yang ditegaskan dalam kitab Shahihain dan juga kiab-kitab lainnya dari hadits Jabir, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bertanya kepadanya, Apakah kamu menikahi seorang gadis atau janda? dia menjawab,”Seorang janda.”Lalu beliau bersabda, Mengapa kamu tidak menikahi seorang gadis yang kamu dapat bercumbu dengannya dan ia pun dapat mencumbuimu?. Karena seorang gadis akan mengantarkan pada tujian pernikahan. Selain itu seorang gadis juga akan lebih menyenangkan dan membahagiakan, lebih menarik untuk dinikmati akan berperilaku lebih menyenangkan, lebih indah dan lebih menarik untuk dipandang, lebih lembut untuk disentuh dan lebih mudah bagi suaminya untuk membentuk dan membimbing akhlaknya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri telah bersabda, Hendaklah kalian menikahi wanita-wanita muda, karena mereka mempunyai mulut yang lebih segar, mempunyai rahim yang lebih subur dan mempunyai cumbuan yang lebih menghangatkan. Demikian hadits yang diriwayatkan asy-Syirazi, dari Basyrah bin Ashim dari ayahnya, dari kakeknya. Dalam kitab Shahih al_Jami’ ash_Shaghir, al-Albani mengatakan, “Hadits ini shahih.”

4. Dianjurkan untuk tidak menikahi wanita yang masih termasuk keluarga dekat, karena Imam Syafi’I pernah mengatakan, “Jika seseorang menikahi wanita dari kalangan keluarganya sendiri, maka kemungkinan besar anaknnya mempunyai daya piker yang lemah.”

5. Disunahkan bagi seorang muslim untuk menikahi wanita yang mempunyai silsilah keturunan yang jelas dan terhormat, karena hal itu akan berpengaruh pada dirinya dan juga anak keturunannnya. Berkenaan dengan hal tersebut, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscahya kamu beruntung. (HR. Bukhari, Muslim dan juga yang lainnya).

6. Hendaknya wanita yang akan dinikahi itu taat beragama dan berakhlak mulia. Karena ketaatan menjalankan agama dan akhlaknya yang mulia akan menjadikannya pembantu bagi suaminya dalam menjalankan agamanya, sekaligus akan menjadi pendidik yang baik bagi anak-anaknya, akan dapat bergaul dengan keluarga suaminya. Selain itu ia juga akan senantiasa mentaati suaminya jika ia akan menyuruh, ridha dan lapang dada jika suaminya memberi, serta menyenangkan suaminya berhubungan atau melihatnnya. Wanita yang demikian adalah seperti yang difirmankan Allah Ta’ala, “Sebab itu, maka wanita-wanita yang shahih adalah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminyatidak berada di tempat, oleh karena Allah telah memelihara mereka”. (an-Nisa:34). Sedangkan dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Dunia ini adalah kenikmatan, dan sebaik-baik kenikmatannya adalah wanita shalihah”. (HR. Muslim, Nasa’I dan Ibnu Majah).

7. Selain itu, hendaklah wanita yang akan dinikahi adalah seorang yang cantik, karena kecantikan akan menjadi dambaan setiap insane dan selalu diinginkan oleh setiap orang yang akan menikah, dan kecantikan itu pula yang akan membantu menjaga kesucian dan kehormatan. Dan hal itu telah disebutkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam hadits tentang hal-hal yang disukai dari kaum wanita. Kecantikan itu bersifat relatif. Setiap orang mempunyai gambaran tersendiri tentang kecantikan ini sesuai dengan selera dan keinginannya. Sebagian orang ada yang melihat bahwa kecantikan itu terletak pada wanita yang pendek, sementara sebagian yang lain memandang ada pada wanita yang tinggi. Sedangkan sebagian lainnya memandang kecantikan terletak pada warna kulit, baik coklat, putih, kuning dan sebagainya.

Sebagian lain memandang bahwa kecantikan itu terletak pada keindahan suara dan kelembutan ucapannya. Demikianlah, yang jelas disunahkan bagi setiap orang untuk menikahi wanita yang ia anggap cantik sehingga ia tidak tertarik dan tergoda pada wanita lain, sehingga tercapailah tujuan pernikahan, yaitu kesucian dan kehormatan bagi tiap-tiap pasangan.

Sumber: Fikih Keluarga, Syaikh Hasan Ayyub, Cetekan Pertama, Mei 2001, Pustaka Al-kautsar

10.10.06

Wanita pertama yang masuk surga

"Siapa wanita pertama yang masuk surga?" Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah, bertanya begitu kepada ayahandanya. "Mutiah," jawab Rasulullah. Siapa Mutiah itu? Apa yang dilakukannya sampai ia mendapat kemuliaan yang begitu tinggi hingga menjadi wanita pertama yang masuk surga? Fatimah sangat ingin tahu. Ia akan mengunjungi wanita bernama Mutiah itu. Fatimah meminta izin kepada suaminya, Ali bin Abi Thalib. Ketika ia akan berangkat, anak sulungnya yang masih kecil merengek minta ikut. Anak itu bernama Al Hasan. Fatimah pun mengajak serta Al Hasan.

Tiba di depan rumah Mutiah, Fatimah bersalam. "Assalamu alaikum!" "Alaikumussalam!" sahut Mutiah dari dalam rumahnya. "Siapa di luar?" "Fatimah, putri Rasulullah." "Alhamdulillah, betapa bahagia aku hari ini menerima kunjungan putri mulia! Apa Anda sendirian, Fatimah?" "Aku ditemani anakku Al Hasan." "Aduh, maaf Fatimah. Saya belum mendapat izin dari suami saya untuk menerima tamu laki- laki." "Tetapi Al Hasan masih kecil." "Biarpun masih kecil, Al Hasan itu laki-laki. Datanglah besok. Saya akan meminta izin suami saya untuk menerima tamu laki-laki." Fatimah heran bukan main. Ia segera berpamitan dan pulang.

Keesokan harinya, Fatimah datang lagi. Selain Al Hasan, Al Husain juga ikut. Al Husain adalah anak kedua Fatimah. Seperti kemarin, Fatimah bersalam di depan pintu rumah Mutiah. "Apa Anda bersama Al Hasan, Fatimah?" tanya Mutiah dari dalam rumahnya. "Ya. Al Husain juga ikut." "Oh, maaf Fatimah. Saya hanya mendapat izin untuk menerima tamu Al Hasan. Saya belum meminta izin untuk menerima Al Husain. Kemarin Anda tidak bilang akan datang bersama Al Husain." Fatimah pulang tanpa bisa memasuki rumah Mutiah.

Baru keesokan harinya dia bisa memasuki rumah itu bersama Al Hasan dan Al Husain. Rumah itu sangat sederhana, namun bersih dan nyaman sekali, membuat orang betah tinggal di dalamnya. Al Hasan dan Al Husain yang biasanya tidak suka berada di rumah orang pun menjadi betah di sana. "Maaf, saya tidak bisa menemani Anda, Fatimah. Saya harus menyiapkan makanan untuk suami saya," kata Mutiah. Mutiah terus sibuk di dapur untuk memasak. Ketika masakan itu sudah siap, ia menaruhnya di atas baki. Menaruh sebatang cambuk pula di baki itu. "Saya akan mengantar makanan kepada suami saya yang sedang bekerja," kata Mutiah. "Maaf, saya tidak bisa menemani Anda." Fatimah melihat cambuk di atas baki itu. Seperti cambuk gembala kambing. "Apa suamimu seorang gembala?" tanya Fatimah. "Bukan. Suami saya petani." "Mengapa kau membawa cambuk kepadanya?" "Cambuk ini akan saya berikan kepada suami saya.

Selagi dia makan, saya akan bertanya apa makanan itu cocok bagi seleranya. Kalau dia bilang tidak, saya minta dia mencambuk punggung saya. Itu sebagai hukuman bagi istri yang tidak bisa menyenangkan hati suaminya." "Apa suamimu orang kejam yang suka menyiksa istri?" "Bukan, sama sekali bukan. Suami saya sangat lembut dan pengasih. Sayalah yang meminta dia mencambuk punggung saya kalau makanan ini tidak cocok dengan seleranya. Itu saya lakukan agar saya tidak menjadi istri yang durhaka kepada suami." Fatimah kagum bukan main kepada Mutiah.

Inilah istri yang sangat berbakti kepada suaminya. Pantaslah kalau dia mendapat kehormatan untuk memasuki surga yang pertama kali.

5.10.06

Isteri Idaman

Peranan Wanita Sebagai Isteri Idaman Sungguh kaum wanita telah melewati suatu masa yang mana mereka ditempatkan pada posisi yang tidak layak, tidak proporsional dan sangat memilukan, tidak ada perlindungan bagi mereka, hak-hak mereka dihancurkan, kemauan mereka dirampas, jiwa mereka dibelenggu, bahkan saat itu mereka berada pada posisi yang amat rendah dan hina.

Pada zaman Romawi seorang suami bisa menetapkan hukuman mati kepada istrinya jika suaminya menghendaki, bangsa Romawi menganggap bahwa wanita adalah sama dengan harta dan perabot rumah tangga, sementara bangsa Yahudi menganggap wanita adalah najis atau kotor, dan yang lebih buruk lagi adalah sikap orang Nashrani yang mempertanyakan keberadaan wanita, apakah wanita itu manusia yang memiliki jiwa atau tidak?! Yang pada akhirnya perlakuan buruk ini mencapai puncaknya dengan menganggap wanita sebagai sumber keburukan, di mana wanita dikubur hidup-hidup, sebagaimana yang dilakukan oleh bangsa Arab Jahiliah.

Setelah melalui berbagai macam kebiadaban dan perlakuan pahit sepanjang masa, muncullah cahaya Islam yang menempatkan wanita pada posisi yang adil untuk melindungi kehormatan mereka. Islam memberikan hak-hak wanita secara sempurna tanpa dikurangi, juga meninggikan derajat wanita yang masa sebelumnya mereka dihinakan dan direndahkan sepanjang sejarah. Islam memproklamirkan bahwa wanita adalah manusia sempurna, memberikan hak-haknya secara wajar dan manusiawi serta menjaga mereka agar tidak dijadikan pelampiasan syahwat belaka yang diperlakukan seperti binatang.

Islam menjadikan wanita sebagai unsur yang memegang peranan penting dalam membangun masyarakat yang beradab. Untuk mencapai tujuan itu, Islam menjadikan kasih sayang antara suami dan isteri sebagai penjaga kelangsungan hidup berumah tangga. Kecintaan dan kasih sayang seorang wanita kepada suaminya merupakan bukti adanya karakter yang kuat dari sifat alamiah yang ada pada dirinya, sehingga hal itu akan menghindarkan dirinya dari berselingkuh atau mencari perhatian laki-laki lain.

Diantara kebahagian seorang suami adalah dikaruniainya isteri yang shalehah sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam : "Dan di antara kebahagiaan adalah wanita shalehah, jika engkau meman-dangnya maka engkau kagum kepadanya, dan jika engkau pergi darinya (tidak berada di sisinya) engkau akan merasa aman atas dirinya dan hartamu.

Dan di antara kesengsaraan adalah wanita yang apabila engkau memandangnya engkau merasa enggan, lalu dia melontarkan kata-kata kotor kepadamu, dan jika engkau pergi darinya engkau tidak merasa aman atas dirinya dan hartamu." (HR. Ibnu Hibban dan lainnya dalam As-Silsilah ash-Shahihah hadits 282) Dalam sabdanya yang lain: "Dan isteri shalehah yang menolongmu atas persoalan dunia dan agamamu adalah sebaik-sebaik (harta) yang disimpan manusia." (HR. Baihaqi dalam Syu'abul Iman, Shahihul jami' 4285) Oleh karena itu isteri shalehah adalah idaman bagi setiap suami shaleh di setiap waktu dan tempat.

Isteri idaman dia adalah wanita mukminah, wanita shalehah yang jiwanya sebagai cerminan ilmu syar'i yang hanif, aqidahnya murni, akhlaknya agung, dan perangainya baik, untuk mendapatkannya harus diperhatikan hal-hal berikut: Cara memilih isteri idaman Memilih wanita karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam : "Wanita itu dinikahi karena empat hal: Hartanya, keturunannya, kecantikan-nya dan agamanya. Maka hendaknya engkau utamakan wanita yang memiliki agama, (jika tidak) niscaya kedua tangan-mu akan berdebu (miskin merana)." (HR.Al-Bukhari, Fathul Bari 9/132)

Dengan memilih wanita yang berasal dari lingkungan yang baik dan karakter yang benar-benar shalehah maka akan menghasilkan ketenangan dalam hidup berumah tangga. Karena adat kebiasaan dan gaya hidup suatu kaum sangat berpengaruh terhadap kepribadiannya. Diutamakan yang gadis sebagai-mana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam : "(Nikahilah)gadis-gadis sesungguhnya mereka lebih banyak keturunannya, lebih manis tutur katanya dan lebih menerima dengan sedikit(qanaah). dan dalam riwayat lain "Lebih sedikit tipu dayanya". (HR.Ibnu Majah No.1816 dan dalam As Silsilah ash Shahihah , hadits No.623) Diutamakan wanita yang subur atau tidak mandul sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam :

"Kawinilah wanita yang penuh cinta dan yang subur peranakannya. Sesung-guhnya aku bangga dengan banyaknya jumlah kalian di antara para nabi pada hari kiamat." (HR. Imam Ahmad 3/245 dari Anas, dikatakan dalam Irwaul Ghalil hadits ini shahih) Aqidah isteri idaman Seorang isteri idaman harus memahami arti pentingnya aqidah islamiyah yang shahihah, karena sah tidaknya suatu amal tergantung kepada benar dan tidaknya aqidah seseorang.

Isteri idaman adalah sosok yang selalu bersemangat dalam menuntut ilmu agama sehingga dia dapat mengetahui ilmu-ilmu syar'i baik yang berhubungan dengan aqidah, akhlak maupun dalam hal muamalah sebagaimana semangatnya para shahabiyah dalam menuntut ilmu agama Islam, mereka bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam untuk menghilangkan kebodohan mereka dan beribadah kepada Allah di atas cahaya ilmu, sebagaimana riwayat dibawah ini:

Dari Abu Said Al Khudri dia berkata: Pernah suatu kali para wanita berkata kepada Rasulullah n: "Kaum laki-laki telah mengalahkan kami, maka jadikanlah satu hari untuk kami, Nabi pun menjanjikan satu hari dapat bertemu dengan mereka, kemudian Nabi memberi nasehat dan perintah kepada mereka. Salah satu ucapan beliau kepada mereka adalah: "Tidaklah seorang wanita di antara kalian yang ditinggal mati tiga anaknya, kecuali mereka sebagai penghalang baginya dari api nereka. Seorang wanita bertanya: "Bagaimana kalau hanya dua?" Beliau menjawab: "Juga dua." (HR. Al-Bukhari No 1010)

Seorang isteri yang aqidahnya benar akan tercermin dalam tingkah lakunya misalnya: Dia hanya bersahabat dengan wanita yang baik. Selalu bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Rabbnya. Bisa menjadi contoh bagi wanita lainnya. Akhlak Isteri Idaman Berusaha berpegang teguh kepada akhlak-akhlak Islami yaitu:

Ceria, pemalu, sabar, lembut tutur katanya dan selalu jujur. Tidak banyak bicara, tidak suka merusak wanita lain, tidak suka ghibah (menggunjing) dan namimah (adu domba). Selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan isteri suaminya yang lain (madunya) jika suaminya mempunyai isteri lebih dari satu. Tidak menceritakan rahasia rumah tangga diantaranya adalah hubungan suami isteri ataupun percekcokan dalam rumah tangga. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam :

"Sesungguhnya di antara orang yang terburuk kedudukan-nya disisi Allah pada hari kiamat yaitu laki-laki yang mencumbui isterinya dan isteri mencumbui suaminya kemudian ia sebar luaskan rahasianya." (HR. Muslim 4/157) Isteri idaman di rumah suaminya Membantu suaminya dalam kebaikan. Merupakan kebaikan bagi seorang isteri bila mampu mendorong suaminya untuk berbuat baik, misalnya mendo-rong suaminya agar selalu ihsan dan berbakti kepada kedua orang tuanya, sebagaimana firman Allah:

"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah." (Al Ahqaf 15) Membantunya dalam menjalin hubungan baik dengan saudara-saudaranya. Membantunya dalam ketaatan. Berdedikasi (semangat hidup) yang tinggi. Ekonomis dan pandai mengatur rumah tangga. Bagus didalam mendidik anak.

Penampilan:

* Di dalam rumah, seorang isteri yang shalehah harus selalu memperhatikan penampilannya di rumah suaminya lebih-lebih jika suaminya berada di sisinya maka Islam sangat menganjurkan untuk berhias dengan hal-hal yang mubah sehingga menyenangkan hati suaminya.

* Jika keluar rumah, seorang isteri yang sholehah harus memperhati-kan hal-hal berikut: Harus minta izin suami. Harus menutup aurat dan tidak menampakkan perhiasannya. Tidak memakai wangi-wangian. Tidak banyak keluar kecuali untuk tujuan syar'i atau keperluan yang sangat mendesak.

Maraji': Tarbiyatul Athfal fil Hadits Asy-Syarif, Khalid Ahmad Asy-Syanthot, Tarbiyatul Athfal fil Islam, Habsyi Fathullah Al-Hafnawiy(Ummu Ahmad)