19.10.06

Tentang Cinta

TENTANG CINTA
Oleh: Putri Anna

Apasih Cinta itu…?? Hmmm… kalau di suruh mengartikan cinta memang membingungkan juga ternyata… Tapi memang cinta itu membingungkan!!! Kadang bikin kita bahagia, tersenyum, dan tertawa, dan kadang membuat kita sedih, susah, marah, dan mungkin sering bete. Makanya sering dibilang bahwa cinta itu sejuta rasa… Tapi pengertian cinta seperti itu biasanya dalam lingkup pemuda mudi yang dalam hubungan nya dengan perasaan suka atau rasa ketertarikan satu dengan yang lain. Dalam hal ini bisa dibilang bahwa cinta itu tidak selalu indah, tapi cinta akan memberi makna dalam hidup kita… dan membuat hidup.. jadi lebih hidup..!!!

Dalam arti yang lebih Universal, cinta itu pasti indah… kenapa bisa dipastikan???? Yaaah.. karena sewajarnya saja, apabila setiap orang di dunia ini memberikan cinta terhadap satu dengan yang lain, akan membuat dunia damai dan tentram… namun cinta tak hanya sebatas kepada sesama nya saja, cinta bisa ditunjukan dengan rasa cinta terhadap lingkungan hidup dan masyarakat sekitar kita. Keindahan itu dapat terwujud karena cinta selalu membuat apa yang kita perbuat menjadi lebih baik dan sempurna. Bagaimana MencintaiBagaimana apabila seseorang ingin memiliki cinta dan ingin hidup dalam cinta???Apabila seseorang ingin mengetahui tentang sesuatu, misalnya sebuah mesin, dia akan dengan langsung mempelajari tentang mekanisme dari mesin tersebut.

Dan apabila seorang ingin menjadi seorang ballerina, dia akan dengan senangnya mempelajari tarian tersebut dengan mengambil kelas ballet. Tapi untuk dapat mencintai seseorang, tidak akan mungkin dia mempelajari atau mengambil kelas tentang cinta. Apabila seseorang hanya mengetahui dan mempelajari arti cinta, dia belum sepenuhnya merasakan arti cinta tersebut, karena ia harus mengalami dan merasakan bagaimana memiliki cinta dan bagaimana memberikan cinta. Seperti dikatakan L.

Buscaglia dalam bukunya yang berjudul "Love, what life is all about"…One cannot give what he does not possess. To give love you must possess love. One cannot teach what he does not understand. To teach love you must comprehend love. One cannot know what he does not study. To study love you must live in love. Manusia tidak jatuh dalam 'ke dalam cinta' dan tidak juga keluar 'dari cinta', tapi manusia tumbuh dan besar dalam cinta.Berikut ada sebuah artikel, yang penulis nya tidak diketahui. Artikel ini mengenai arti cinta.."Cinta…?"Mereka yang tidak menyukainya menyebutnya tanggung jawab, Mereka yang bermain dengannya, menyebutnya sebuah permainan, Mereka yang tidak memilikinya, menyebutnya sebuah impian, Mereka yang mencintai, menyebutnya takdir. Kadang Tuhan yang mengetahui yang terbaik, akan memberi kesusahan untuk menguji kita. Kadang Ia pun melukai hati, supaya hikmat-Nya bisa tertanam dalam.

Jika kita kehilangan cinta, maka pasti ada alasan di baliknya. Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti, namun kita tetap harus percaya bahwa ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik. Mengapa menunggu? Karena walaupun kita ingin mengambil keputusan, kita tidak ingin tergesa-gesa. Karena walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tidak ingin sembrono. Karena walaupun kita ingin segera menemukan orang yang kita cintai, kita tidak ingin kehilangan jati diri kita dalam proses pencarian itu. Jika ingin berlari, belajarlah berjalan dahulu, Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu, Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu. Pada akhirnya, lebih baik menunggu orang yang kita inginkan, ketimbang memilih apa yang ada Tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai, ketimbang memuaskan diri dengan apa yang ada. Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat, Karena hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah, karena menunggu mempunyai tujuan yang mulia dan misterius.

Perlu kau ketahui bahwa Bunga tidak mekar dalam waktu semalam, Kota Roma tidak dibangun dalam sehari, Kehidupan dirajut dalam rahim selama sembilan bulan, Cinta yang agung terus bertumbuh selama kehidupan. Kebanyakan hal yang indah dalam hidup memerlukan waktu yang lama, Dan penantian kita tidaklah sia-sia. Walaupun menunggu membutuhkan banyak hal - iman, keberanian, dan pengharapan - penantian menjanjikan satu hal yang tidak dapat seorangpun bayangkan. Pada akhirnya. Tuhan dalam segala hikmat-Nya, meminta kita menunggu, karena alasan yang penting.

Pilih Ta' aruf atau Pacaran

Dikalangan tertentu pacaran tidak dikenal, pun mereka tahu tetapi cenderung menghindari karena menganggap gaya itu tidak lagi mutlak dilakukan pada masa pranikah. Selain dinilai tidak sesuai dengan norma agama -ini terbukti dari pengalaman sepanjang sejarah keberadaan manusia bahwa pacaran cenderung kelewat batas bahkan tidak sedikit yang amoral- juga berkembangnya pemikiran bahwa satu kesia-siaan saja berjalan bersama orang yang belum tentu 100 % menjadi pasangannya. Ya, bagaimana mungkin bisa meyakinkan bahwa orang yang saat ini berjalan bersamanya memiliki komitmen untuk tetap ‘setia’ sampai ke jenjang pernikahan, la wong sudah sekian tahun berpacaran ternyata wacananya hanya sebatas curhat-curhatan dan take n give yang tak berdasar, tidak meningkat pada satu tindakan gentle, menikah! Atau setidaknya mengajukan surat lamaran ke orangtua si gadis.

Berbagai dalih dan argumentasi pun meluncur untuk mengkamuflasekan ketidakgentle-annya itu, yang kemudian semua orang pun tahu itu cuma lips service dari orang yang tidak benar-benar dewasa alias childish.Kedewasaan, ukurannya tidak terwakili hanya oleh umurnya yang diatas seperempat abad misalnya, tetapi juga pada sikap diri, attitude yang tertampilkan dalam kesehariannya. Dalam dunia pekerjaan, sikap dewasa dapat dilihat dari profesionalisme kerja, termasuk didalamnya kedisplinan.

Dalam hubungan interelasi, bijaksana, proporsional dalam bersikap dan berbicara bisa jadi satu parameter kedewasaan. Nah yang menjadi masalahnya kemudian, tidak sedikit orang yang seharusnya bersikap dewasa justru memamerkan sifat kekanakkan saat berkesempatan bersama pasangannya, sikap yang dipraktekkan secara tidak proporsional dari ungkapan kasih sayang dan pengorbanan. Orang terlihat dewasa mungkin hanya dari fisiknya saja, namun sisi lainnya seringkali luput dari perhatian. Padahal kedewasaan jelas meliputi beberapa aspek yang sekiranya patut diperhatikan dalam memilih pasangan yang kelak dinominasikan untuk menjadi pasangan hidup. Dewasa secara fisik, dimana organ-organ reproduksi telah berfungsi secara optimal yang ditandai dengan produksi sperma yang baik pada pria dan produksi sel telur yang memadai pada wanita.

Selain perkembangan sel-sel otot tubuh menandakan –sekaligus membedakan- pria dan wanita. Dewasa secara psikologis, yang ditandai dengan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan konflik-konflik yang terjadi dalam kehidupan, serta mampu menjalani hubungan interdependensi. Ini penting untuk diperhatikan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan bersama dalam pernikahan. Dewasa secara sosial-ekonomi ditampakkan dalam kemampuan seseorang untuk membiayai kebutuhan hidup yang layak sebagai suami-istri. Tentu hal ini terkait dengan adanya pekerjaan yang jelas serta penghasilan yang tetap, serta kesadaran akan meningkatnya biaya kehidupan dari waktu ke waktu seiring dengan bertambahnya anggota keluarga kelak. Berdasarkan aspek kedewasaan diatas, maka wajarlah jika disatu sisi justru ada orang yang enggan berpacaran.

Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa pacaran selain tidak diajarkan dalam agama Islam karena melanggar norma yang digariskan, juga dianggap ‘buang-buang waktu’, ‘wujud ketidakgentle-an’, ‘aktifitas sia-sia’ dan lain-lain. Namun sekedar diketahui, bahwa diluar itu ada sebagian yang memang benar-benar takut untuk mencintai, dicintai dan bahkan takut jatuh cinta. Dalam psikologi, orang-orang ini mungkin dianggap terkena sindrom fear of intimacy, satu kondisi yang disebabkan oleh ketakutan yang teramat sangat untuk menerima resiko kenyataan di kemudian hari. Seperti ditulis astaga.com, menurut psikolog Robert W Firestone dan Joyce Catlett, fear of intimacy ini adalah salah satu perwujudan dari pertahanan psikologis, yang lebih merupakan cermin dari pikiran dan sikap negatif atas hal-hal yang dilihat dan dipelajarinya waktu kecil. Maka kemudian, Islam mengenal ‘pacaran’ dalam kemasan yang berbeda.

Ustadz Ihsan Arlansyah Tanjung, konsultan keluarga sakinah di situs eramuslim sering mengatakan bahwa pacaran akronim dari ‘pakai cara nikah’. Ya, Islam hanya mengajarkan bentuk-bentuk curahan kasih sayang dan cinta itu setelah melalui satu proses sakral yakni pernikahan. Sementara proses pranikah yang dilakukan untuk saling mengenal antara calon pria dan wanita biasa disebut proses ta’aruf (perkenalan). Yang penting dari ta’aruf adalah saling mengenal antara kedua belah pihak, saling memberitahu keadaan keluarga masing-masing, saling memberi tahu harapan dan prinsip hidup, saling mengungkapkan apa yang disukai dan tidak disukai, dan seterusnya. Kaidah-kaidah yang perlu dijaga dalam proses ini antar lain nondefensif, tidak bereaksi berlebihan pada feedback negatif, serta terbuka untuk mencoba pengalaman-pengalaman baru, Jujur, tidak curang, berbohong dan punya sense of integrity yang kuat, Menghormati batas-batas, prioritas dan tujuan calon pasangan yang menyangkut diri mereka maupun tidak, Pengertian, empati, dan tidak mengubah pasangannya sedemikian rupa serta tidak mengontrol, manipulatif, apalagi mengancam pasangan dalam bentuk apa pun. Dalam tahap ini anda dan dia bisa saling mengukur diri apakah cocok satu sama lain atau tidak.

Masing-masing pihak masih harus sama-sama membuka options/kemungkinan batal atau jadi. Maka umumnya dilakukan tanpa terlebih dahulu melibatkan orangtua agar tidak menimbulkan kesan ‘harga jadi’ dan tidak ada lagi proses tawar menawar, sehingga jika pun gagal/batal tidak ada konsekuensi apa-apa. Karena jika sudah sampai menemui orangtua berarti secara samar maupun terang-terangan seorang pria sudah menunjukkan niat untuk memperistri si wanita. Yang perlu jadi ingatan, seringkali pasangan-pasangan itu terjebak dalam aktifitas pacaran yang terbungkus sampul ta’aruf. Apa namanya bukan pacaran kalau ada rutinitas kunjungan yang melegitimasi silaturahmi dengan embel-embel ‘ingin lebih kenal’.Jika sudah mantap atas pilihan masing-masing barulah kemudian melibatkan orang tua dalam proses selanjutnya, lamaran (khitbah).

Untuk khitbah tak ada aturan yang kaku, yang penting dalam masa penjajagan keduanya berkenalan dan saling mengungkap apa yang disukai dan tidak disukai, saling mengungkap apa visi misi dalam pernikahan dan seterusnya. Tentunya khitbah harus tetap mengikuti aturan pergaulan Islami, tak berkhalwat, tak mengumbar pandangan, tak menimbulkan zina mata, hati (apalagi badan), tak membicarakan hal-hal yang termasuk kejahatan dan sebagainya. Yang perlu disadari, khitbah mirip jual beli, dalam masa tawar menawar bisa jadi, bisa juga batal. Pembatalannya harus tetap sopan menurut aturan Islami, tidak menyakiti hati dengan kata-kata yang kasar, tidak membicarakan aib yang sempat diketahui dalam khitbah kepada orang lain. Namun sebagaimana jual beli harus ada prinsip kedua belah pihak ridho. Khitbah baru bisa berlanjut ke pernikahan jika kedua pihak ridho, jika salah satu membatalkan proses tawar menawar maka pernikahan tak akan jadi.

Kalaupun dibatalkan (meski mungkin menyakitkan), harus ada alasan yang kuat untuk salah satu pihak membatalkan rencana nikah yang sudah matang. Sebab Islam melarang ummatnya saling menyakiti tanpa alasan. Jadi jika ada yang ragu (dengan alasan yang benar) sebelum menikah, sebaiknya membatalkan sebelum terlanjur. Adapun jarak antara khitbah dan akad nikah, tidak ada aturan yang menjelaskan harus berapa lama, tentu dalam hal ini masing-masing pihak bisa mengukurnya sendiri. Satu hari bisa jadi sudah deadline bagi pria-wanita yang sudah sedemikian menggebunya hingga khawatir terjerumus kepada dosa zina. Namun jika bisa merasa ‘aman’ dengan menunda beberapa waktu tidak masalah. Jadi, jika segalanya sudah terencana dengan matang dan baik, seperti kata seorang bijak, jika berani menyelam ke dasar laut, mengapa terus bermain di kubangan, kalau siap berperang mengapa cuma bermimpi menjadi pahlawan …

Wallahu a’lam bishshowaab (Abinya Hufha)

11.10.06

Yang Muda Yang Bersemangat

Raut wajah Deni terlihat murung. Bayangan menjadi dokter semakin memudar dalam lamunannya.

"Bagaimana aku bisa menjadi seorang dokter kalau sampai saat ini aku tak mampu menghapal anatomi tubuh manusia?" Wajahnya semakin kuyu dan matanya mulai mulai berkaca-kaca."Bantat lagiiiii...", teriak Sandra ketika mengetahui bolu ketiga buatannya ternyata bantat lagi.Selain Deni dan Sandra, pasti kita pernah merasakan berada di posisi seperti mereka, seakan ingin menyerah saja. Coba kita tanyakan sama ukhti Rahmah, apakah ia tidak pernah membuat bolu bantat; pada akhi Guruh, apakah ia tidak pernah membuat komputer jadi error; pada akhi Alghifari, apakah ia tidak pernah membuat hasil disain yang dianggap orang sebagai disain aneh.

Saat ini kita mengetahui bahwa mereka sudah memiliki keahlian di bidangnya masing-masing. Kita tidak mengetahui bagaimana proses yang telah mereka lalui selama ini. Sebenarnya, mereka telah melewati proses yang panjang, proses dimana mereka menemui cobaan dan kesulitan.Semua orang berhasil, termasuk Rasulullah, telah melewati banyak cobaan dan kesulitan dalam masa proses yang panjang sebelum memperoleh keberhasilan."Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.

Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-An 'Aam: 165)Hmm, tidak ada yang terlepas dari ujian Allah. Tidak ada pemberian-Nya yang terlepas dari ujian. So, jangan pernah berpikir kalau orang-orang yang telah berhasil selalu mudah mendapatkan keberhasilannya.Jalan menuju keberhasilan memang berliku dan penuh cobaan.

Jalan itu pasti ada kesalahan, rasa sakit, kekecewaan, kemunduran, ketidaksempurnaan, tapi justru karena semua itulah yang membuat kita semakin matang. Ingatlah bahwa setelah kesulitan akan ada kemudahan. Kematangan itu bertanda bahwa kita telah mampu mendapatkan keberkahan dari Allah akan sesuatu nikmat-Nya."..Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada dua kemudahan, maka apabila telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain).." (QS. Alam Nasyruh: 6-7)Jadi, jangan pernah takut mengalami kesalahan dan kesilapan karena di dalam belajar selalu ada kesalahan dan kesilapan.

Jangan pernah menyerah bila menemukan kesalahan dan kesilapan. Teruslah berusaha, pantang menyerah karena Allah SWT menyukai ummat-Nya yang tangguh. Mulailah belajar dan berkreasi dengan semangat positif dan keyakinan bahwa Allah selalu melindungi. Jadilah pemuda Islam yang tangguh.

Wanita yang disunahkan untuk dilamar

Dalam melamar, seorang muslim dianjurkan untuk memperhatikan beberapa sifat yang ada pada wanita yang akan dilamar, apa saja kah yang perlu diperhatikan oleh seorang muslim terhadap wanita yang akan dilamarnya? Dalam melamar, seorang muslim dianjurkan untuk memperhatikan beberapa sifat yang ada pada wanita yang akan dilamar, diantaranya:

1. Wanita itu disunahkan seorang yang penuh cinta kasih. Maksudnya ia harus selalu menjaga kecintaan terhadap suaminya, sementara sang suami pun memiliki kecenderungan dan rasa cinta kepadanya. Selain itu, ia juga harus berusaha menjaga keridhaan suaminya, mengerjakan apa yang disukai suaminya, menjadikan suaminya merasa tentram hidup dengannya, senang berbincang dan berbagi kasih saying dengannya. Dan hal itu jelas sejalan dengan firman Allah Ta’ala, Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tentram kepadanya. Dan Dia jadikan di antara kalian rasa kasih dan saying. (ar-Ruum:21).

2. Disunahkan pula agar wanita yang dilamar itu seorang yang banyak memberikan keturunan, karena ketenangan, kebahagiaan dan keharmonisan keluarga akan terwujud dengan lahirnya anak-anak yang menjadi harapan setiap pasangan suami-istri. Berkenaan dengan hal tersebut, Allah Ta’ala berfirman, Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa’. (al-Furqan:74). Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Menikahlah dengan wanita-wanita yang penuh cinta dan yang banyak melahirkan keturunan. Karena sesungguhnya aku merasa bangga dengan banyaknya jumlah kalian pada hari kiamat kelak. Demikian hadist yang diriwayatkan Abu Daud, Nasa’I, al-Hakim, dan ia mengatakan, Hadits tersebut sanadnya shahih.

3. Hendaknya wanita yang akan dinikahi itu seorang yang masih gadis dan masih muda. Hal itu sebagaimana yang ditegaskan dalam kitab Shahihain dan juga kiab-kitab lainnya dari hadits Jabir, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bertanya kepadanya, Apakah kamu menikahi seorang gadis atau janda? dia menjawab,”Seorang janda.”Lalu beliau bersabda, Mengapa kamu tidak menikahi seorang gadis yang kamu dapat bercumbu dengannya dan ia pun dapat mencumbuimu?. Karena seorang gadis akan mengantarkan pada tujian pernikahan. Selain itu seorang gadis juga akan lebih menyenangkan dan membahagiakan, lebih menarik untuk dinikmati akan berperilaku lebih menyenangkan, lebih indah dan lebih menarik untuk dipandang, lebih lembut untuk disentuh dan lebih mudah bagi suaminya untuk membentuk dan membimbing akhlaknya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri telah bersabda, Hendaklah kalian menikahi wanita-wanita muda, karena mereka mempunyai mulut yang lebih segar, mempunyai rahim yang lebih subur dan mempunyai cumbuan yang lebih menghangatkan. Demikian hadits yang diriwayatkan asy-Syirazi, dari Basyrah bin Ashim dari ayahnya, dari kakeknya. Dalam kitab Shahih al_Jami’ ash_Shaghir, al-Albani mengatakan, “Hadits ini shahih.”

4. Dianjurkan untuk tidak menikahi wanita yang masih termasuk keluarga dekat, karena Imam Syafi’I pernah mengatakan, “Jika seseorang menikahi wanita dari kalangan keluarganya sendiri, maka kemungkinan besar anaknnya mempunyai daya piker yang lemah.”

5. Disunahkan bagi seorang muslim untuk menikahi wanita yang mempunyai silsilah keturunan yang jelas dan terhormat, karena hal itu akan berpengaruh pada dirinya dan juga anak keturunannnya. Berkenaan dengan hal tersebut, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscahya kamu beruntung. (HR. Bukhari, Muslim dan juga yang lainnya).

6. Hendaknya wanita yang akan dinikahi itu taat beragama dan berakhlak mulia. Karena ketaatan menjalankan agama dan akhlaknya yang mulia akan menjadikannya pembantu bagi suaminya dalam menjalankan agamanya, sekaligus akan menjadi pendidik yang baik bagi anak-anaknya, akan dapat bergaul dengan keluarga suaminya. Selain itu ia juga akan senantiasa mentaati suaminya jika ia akan menyuruh, ridha dan lapang dada jika suaminya memberi, serta menyenangkan suaminya berhubungan atau melihatnnya. Wanita yang demikian adalah seperti yang difirmankan Allah Ta’ala, “Sebab itu, maka wanita-wanita yang shahih adalah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminyatidak berada di tempat, oleh karena Allah telah memelihara mereka”. (an-Nisa:34). Sedangkan dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Dunia ini adalah kenikmatan, dan sebaik-baik kenikmatannya adalah wanita shalihah”. (HR. Muslim, Nasa’I dan Ibnu Majah).

7. Selain itu, hendaklah wanita yang akan dinikahi adalah seorang yang cantik, karena kecantikan akan menjadi dambaan setiap insane dan selalu diinginkan oleh setiap orang yang akan menikah, dan kecantikan itu pula yang akan membantu menjaga kesucian dan kehormatan. Dan hal itu telah disebutkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam hadits tentang hal-hal yang disukai dari kaum wanita. Kecantikan itu bersifat relatif. Setiap orang mempunyai gambaran tersendiri tentang kecantikan ini sesuai dengan selera dan keinginannya. Sebagian orang ada yang melihat bahwa kecantikan itu terletak pada wanita yang pendek, sementara sebagian yang lain memandang ada pada wanita yang tinggi. Sedangkan sebagian lainnya memandang kecantikan terletak pada warna kulit, baik coklat, putih, kuning dan sebagainya.

Sebagian lain memandang bahwa kecantikan itu terletak pada keindahan suara dan kelembutan ucapannya. Demikianlah, yang jelas disunahkan bagi setiap orang untuk menikahi wanita yang ia anggap cantik sehingga ia tidak tertarik dan tergoda pada wanita lain, sehingga tercapailah tujuan pernikahan, yaitu kesucian dan kehormatan bagi tiap-tiap pasangan.

Sumber: Fikih Keluarga, Syaikh Hasan Ayyub, Cetekan Pertama, Mei 2001, Pustaka Al-kautsar

10.10.06

Wanita pertama yang masuk surga

"Siapa wanita pertama yang masuk surga?" Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah, bertanya begitu kepada ayahandanya. "Mutiah," jawab Rasulullah. Siapa Mutiah itu? Apa yang dilakukannya sampai ia mendapat kemuliaan yang begitu tinggi hingga menjadi wanita pertama yang masuk surga? Fatimah sangat ingin tahu. Ia akan mengunjungi wanita bernama Mutiah itu. Fatimah meminta izin kepada suaminya, Ali bin Abi Thalib. Ketika ia akan berangkat, anak sulungnya yang masih kecil merengek minta ikut. Anak itu bernama Al Hasan. Fatimah pun mengajak serta Al Hasan.

Tiba di depan rumah Mutiah, Fatimah bersalam. "Assalamu alaikum!" "Alaikumussalam!" sahut Mutiah dari dalam rumahnya. "Siapa di luar?" "Fatimah, putri Rasulullah." "Alhamdulillah, betapa bahagia aku hari ini menerima kunjungan putri mulia! Apa Anda sendirian, Fatimah?" "Aku ditemani anakku Al Hasan." "Aduh, maaf Fatimah. Saya belum mendapat izin dari suami saya untuk menerima tamu laki- laki." "Tetapi Al Hasan masih kecil." "Biarpun masih kecil, Al Hasan itu laki-laki. Datanglah besok. Saya akan meminta izin suami saya untuk menerima tamu laki-laki." Fatimah heran bukan main. Ia segera berpamitan dan pulang.

Keesokan harinya, Fatimah datang lagi. Selain Al Hasan, Al Husain juga ikut. Al Husain adalah anak kedua Fatimah. Seperti kemarin, Fatimah bersalam di depan pintu rumah Mutiah. "Apa Anda bersama Al Hasan, Fatimah?" tanya Mutiah dari dalam rumahnya. "Ya. Al Husain juga ikut." "Oh, maaf Fatimah. Saya hanya mendapat izin untuk menerima tamu Al Hasan. Saya belum meminta izin untuk menerima Al Husain. Kemarin Anda tidak bilang akan datang bersama Al Husain." Fatimah pulang tanpa bisa memasuki rumah Mutiah.

Baru keesokan harinya dia bisa memasuki rumah itu bersama Al Hasan dan Al Husain. Rumah itu sangat sederhana, namun bersih dan nyaman sekali, membuat orang betah tinggal di dalamnya. Al Hasan dan Al Husain yang biasanya tidak suka berada di rumah orang pun menjadi betah di sana. "Maaf, saya tidak bisa menemani Anda, Fatimah. Saya harus menyiapkan makanan untuk suami saya," kata Mutiah. Mutiah terus sibuk di dapur untuk memasak. Ketika masakan itu sudah siap, ia menaruhnya di atas baki. Menaruh sebatang cambuk pula di baki itu. "Saya akan mengantar makanan kepada suami saya yang sedang bekerja," kata Mutiah. "Maaf, saya tidak bisa menemani Anda." Fatimah melihat cambuk di atas baki itu. Seperti cambuk gembala kambing. "Apa suamimu seorang gembala?" tanya Fatimah. "Bukan. Suami saya petani." "Mengapa kau membawa cambuk kepadanya?" "Cambuk ini akan saya berikan kepada suami saya.

Selagi dia makan, saya akan bertanya apa makanan itu cocok bagi seleranya. Kalau dia bilang tidak, saya minta dia mencambuk punggung saya. Itu sebagai hukuman bagi istri yang tidak bisa menyenangkan hati suaminya." "Apa suamimu orang kejam yang suka menyiksa istri?" "Bukan, sama sekali bukan. Suami saya sangat lembut dan pengasih. Sayalah yang meminta dia mencambuk punggung saya kalau makanan ini tidak cocok dengan seleranya. Itu saya lakukan agar saya tidak menjadi istri yang durhaka kepada suami." Fatimah kagum bukan main kepada Mutiah.

Inilah istri yang sangat berbakti kepada suaminya. Pantaslah kalau dia mendapat kehormatan untuk memasuki surga yang pertama kali.

5.10.06

Isteri Idaman

Peranan Wanita Sebagai Isteri Idaman Sungguh kaum wanita telah melewati suatu masa yang mana mereka ditempatkan pada posisi yang tidak layak, tidak proporsional dan sangat memilukan, tidak ada perlindungan bagi mereka, hak-hak mereka dihancurkan, kemauan mereka dirampas, jiwa mereka dibelenggu, bahkan saat itu mereka berada pada posisi yang amat rendah dan hina.

Pada zaman Romawi seorang suami bisa menetapkan hukuman mati kepada istrinya jika suaminya menghendaki, bangsa Romawi menganggap bahwa wanita adalah sama dengan harta dan perabot rumah tangga, sementara bangsa Yahudi menganggap wanita adalah najis atau kotor, dan yang lebih buruk lagi adalah sikap orang Nashrani yang mempertanyakan keberadaan wanita, apakah wanita itu manusia yang memiliki jiwa atau tidak?! Yang pada akhirnya perlakuan buruk ini mencapai puncaknya dengan menganggap wanita sebagai sumber keburukan, di mana wanita dikubur hidup-hidup, sebagaimana yang dilakukan oleh bangsa Arab Jahiliah.

Setelah melalui berbagai macam kebiadaban dan perlakuan pahit sepanjang masa, muncullah cahaya Islam yang menempatkan wanita pada posisi yang adil untuk melindungi kehormatan mereka. Islam memberikan hak-hak wanita secara sempurna tanpa dikurangi, juga meninggikan derajat wanita yang masa sebelumnya mereka dihinakan dan direndahkan sepanjang sejarah. Islam memproklamirkan bahwa wanita adalah manusia sempurna, memberikan hak-haknya secara wajar dan manusiawi serta menjaga mereka agar tidak dijadikan pelampiasan syahwat belaka yang diperlakukan seperti binatang.

Islam menjadikan wanita sebagai unsur yang memegang peranan penting dalam membangun masyarakat yang beradab. Untuk mencapai tujuan itu, Islam menjadikan kasih sayang antara suami dan isteri sebagai penjaga kelangsungan hidup berumah tangga. Kecintaan dan kasih sayang seorang wanita kepada suaminya merupakan bukti adanya karakter yang kuat dari sifat alamiah yang ada pada dirinya, sehingga hal itu akan menghindarkan dirinya dari berselingkuh atau mencari perhatian laki-laki lain.

Diantara kebahagian seorang suami adalah dikaruniainya isteri yang shalehah sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam : "Dan di antara kebahagiaan adalah wanita shalehah, jika engkau meman-dangnya maka engkau kagum kepadanya, dan jika engkau pergi darinya (tidak berada di sisinya) engkau akan merasa aman atas dirinya dan hartamu.

Dan di antara kesengsaraan adalah wanita yang apabila engkau memandangnya engkau merasa enggan, lalu dia melontarkan kata-kata kotor kepadamu, dan jika engkau pergi darinya engkau tidak merasa aman atas dirinya dan hartamu." (HR. Ibnu Hibban dan lainnya dalam As-Silsilah ash-Shahihah hadits 282) Dalam sabdanya yang lain: "Dan isteri shalehah yang menolongmu atas persoalan dunia dan agamamu adalah sebaik-sebaik (harta) yang disimpan manusia." (HR. Baihaqi dalam Syu'abul Iman, Shahihul jami' 4285) Oleh karena itu isteri shalehah adalah idaman bagi setiap suami shaleh di setiap waktu dan tempat.

Isteri idaman dia adalah wanita mukminah, wanita shalehah yang jiwanya sebagai cerminan ilmu syar'i yang hanif, aqidahnya murni, akhlaknya agung, dan perangainya baik, untuk mendapatkannya harus diperhatikan hal-hal berikut: Cara memilih isteri idaman Memilih wanita karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam : "Wanita itu dinikahi karena empat hal: Hartanya, keturunannya, kecantikan-nya dan agamanya. Maka hendaknya engkau utamakan wanita yang memiliki agama, (jika tidak) niscaya kedua tangan-mu akan berdebu (miskin merana)." (HR.Al-Bukhari, Fathul Bari 9/132)

Dengan memilih wanita yang berasal dari lingkungan yang baik dan karakter yang benar-benar shalehah maka akan menghasilkan ketenangan dalam hidup berumah tangga. Karena adat kebiasaan dan gaya hidup suatu kaum sangat berpengaruh terhadap kepribadiannya. Diutamakan yang gadis sebagai-mana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam : "(Nikahilah)gadis-gadis sesungguhnya mereka lebih banyak keturunannya, lebih manis tutur katanya dan lebih menerima dengan sedikit(qanaah). dan dalam riwayat lain "Lebih sedikit tipu dayanya". (HR.Ibnu Majah No.1816 dan dalam As Silsilah ash Shahihah , hadits No.623) Diutamakan wanita yang subur atau tidak mandul sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam :

"Kawinilah wanita yang penuh cinta dan yang subur peranakannya. Sesung-guhnya aku bangga dengan banyaknya jumlah kalian di antara para nabi pada hari kiamat." (HR. Imam Ahmad 3/245 dari Anas, dikatakan dalam Irwaul Ghalil hadits ini shahih) Aqidah isteri idaman Seorang isteri idaman harus memahami arti pentingnya aqidah islamiyah yang shahihah, karena sah tidaknya suatu amal tergantung kepada benar dan tidaknya aqidah seseorang.

Isteri idaman adalah sosok yang selalu bersemangat dalam menuntut ilmu agama sehingga dia dapat mengetahui ilmu-ilmu syar'i baik yang berhubungan dengan aqidah, akhlak maupun dalam hal muamalah sebagaimana semangatnya para shahabiyah dalam menuntut ilmu agama Islam, mereka bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam untuk menghilangkan kebodohan mereka dan beribadah kepada Allah di atas cahaya ilmu, sebagaimana riwayat dibawah ini:

Dari Abu Said Al Khudri dia berkata: Pernah suatu kali para wanita berkata kepada Rasulullah n: "Kaum laki-laki telah mengalahkan kami, maka jadikanlah satu hari untuk kami, Nabi pun menjanjikan satu hari dapat bertemu dengan mereka, kemudian Nabi memberi nasehat dan perintah kepada mereka. Salah satu ucapan beliau kepada mereka adalah: "Tidaklah seorang wanita di antara kalian yang ditinggal mati tiga anaknya, kecuali mereka sebagai penghalang baginya dari api nereka. Seorang wanita bertanya: "Bagaimana kalau hanya dua?" Beliau menjawab: "Juga dua." (HR. Al-Bukhari No 1010)

Seorang isteri yang aqidahnya benar akan tercermin dalam tingkah lakunya misalnya: Dia hanya bersahabat dengan wanita yang baik. Selalu bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Rabbnya. Bisa menjadi contoh bagi wanita lainnya. Akhlak Isteri Idaman Berusaha berpegang teguh kepada akhlak-akhlak Islami yaitu:

Ceria, pemalu, sabar, lembut tutur katanya dan selalu jujur. Tidak banyak bicara, tidak suka merusak wanita lain, tidak suka ghibah (menggunjing) dan namimah (adu domba). Selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan isteri suaminya yang lain (madunya) jika suaminya mempunyai isteri lebih dari satu. Tidak menceritakan rahasia rumah tangga diantaranya adalah hubungan suami isteri ataupun percekcokan dalam rumah tangga. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam :

"Sesungguhnya di antara orang yang terburuk kedudukan-nya disisi Allah pada hari kiamat yaitu laki-laki yang mencumbui isterinya dan isteri mencumbui suaminya kemudian ia sebar luaskan rahasianya." (HR. Muslim 4/157) Isteri idaman di rumah suaminya Membantu suaminya dalam kebaikan. Merupakan kebaikan bagi seorang isteri bila mampu mendorong suaminya untuk berbuat baik, misalnya mendo-rong suaminya agar selalu ihsan dan berbakti kepada kedua orang tuanya, sebagaimana firman Allah:

"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah." (Al Ahqaf 15) Membantunya dalam menjalin hubungan baik dengan saudara-saudaranya. Membantunya dalam ketaatan. Berdedikasi (semangat hidup) yang tinggi. Ekonomis dan pandai mengatur rumah tangga. Bagus didalam mendidik anak.

Penampilan:

* Di dalam rumah, seorang isteri yang shalehah harus selalu memperhatikan penampilannya di rumah suaminya lebih-lebih jika suaminya berada di sisinya maka Islam sangat menganjurkan untuk berhias dengan hal-hal yang mubah sehingga menyenangkan hati suaminya.

* Jika keluar rumah, seorang isteri yang sholehah harus memperhati-kan hal-hal berikut: Harus minta izin suami. Harus menutup aurat dan tidak menampakkan perhiasannya. Tidak memakai wangi-wangian. Tidak banyak keluar kecuali untuk tujuan syar'i atau keperluan yang sangat mendesak.

Maraji': Tarbiyatul Athfal fil Hadits Asy-Syarif, Khalid Ahmad Asy-Syanthot, Tarbiyatul Athfal fil Islam, Habsyi Fathullah Al-Hafnawiy(Ummu Ahmad)

Mengelola Khayalan

Mengelola Khayalan Oleh Ubaydillah, AN Salah satu kontradiksi dalam sistem kehidupan sosial kita adalah adanya sikap "looking down" terhadap khayalan seseorang untuk "Menjadi" atau "Memiliki". Kalau anda sering mengkhayal apalagi yang dipandang lingkungan terlalu muluk, lama kelamaan akan dicap pelaku dosa sosial sambil diumpat dengan kata-kata terlalu idealis, khayalis, dan tidak realistis. Anehnya, di bagian lain sistem sosial kita malah memberi kesempatan sebesar-besarnya untuk berkhayal. Lihat saja misalnya di bandara, stasiun kereta, atau tempat antrian umum. Kalau ada seribu orang mungkin tidak lebih dari hitungan jari yang menggunakan waktu menunggu untuk membaca.

Sisanya mengkhayal atau ngobrol nggak karuan. Kalau ditelusuri asal-usulnya khayalan merupakan anak dari imajinasi di mana para orang sukses telah menggunakannya untuk menyelesaikan masalah mulai dari bisnis, profesi, dan lain-lain. Imajinasi adalah kecerdasan yang dianugerahkan dalam bentuk hiburan yang menyenangkan. Dikatakan hiburan karena imajinasi akan membebaskan pikiran dari kebrutalan (unfairness) realitas temporer. Dan mengapa dikatakan kecerdasan, karena dari imajinasilah semua ide kreatif dan gagasan inspiratif berproses pertama kali.

Sebagai anak dari imajinasi berarti kebiasaan mengkhayal tidak perlu diberantas melainkan perlu dibina dan dikelola secara tepat agar tidak menjadi makhluk mental yang liar. Selain itu, kalau kita kembalikan pada fakta kontradiktif di atas, sebenarnya sistem sosial kita hanya menolak khayalan yang liar dan menerima khayalan yang tidak liar. Seperti apakah perbedaan keduanya? Khayalan Liar

Di antara sekian ciri khas khayalan liar adalah bahwa khayalan liar tidak memiliki hubungan keterkaitan (interconnectedness) antara apa yang kita lakukan di masa lalu, masa sekarang dan masa depan yang kita khayalkan. Umumnya kita mengkhayal tentang suatu wilayah yang sama sekali tidak dipahami oleh pikiran mental. Padahal semestinya khayalan kita berupa penjelasan ideal dari apa yang kita lakukan hari ini atau cita-cita masa lalu yang bagiannya sudah pernah kita sentuh.

Ciri khas berikutnya, khayalan liar tidak memiliki rincian yang jelas (clarity) sehingga khayalan tersebut berisi peristiwa yang terpisah (split) dan tidak memiliki relevansi secara rasional antara peristiwa satu dan lainnya. Khayalan demikian bertentangan dengan hukum alam (sebab-akibat). Padahal kalau kita mengkhayalkan suatu peristiwa ideal, khayalkan juga sebab-sebab yang paling mungkin bisa mengarah untuk menciptakan peristiwa tersebut.

Untuk mengkhayal menjadi pebisnis yang sukses, jangan mengkhayalkan jumlah kekayaan semata yang saat ini tidak kita miliki atau mengkhayalkan perilaku fisik yang tampak di luar tetapi khayalkanlah kondisi kualitas software seperti isi pikiran, isi pembicaraan, isi mental, dll. Rata-rata orang yang telah sukes di bidangnya punya keunikan kualitatif, misalnya percaya diri yang tinggi, gaya berbicara yang meyakinkan, disiplin waktu dan seterusnya.Ciri khas lain, khayalan liar biasanya menggambarkan peristiwa hidup yang "enak-enak" di mana kita pun tidak meyakini sepenuhnya akan terjadi pada diri kita. Atau hanya berupa peristiwa yang terjadi di level "seandainya nanti".

Kalau dipukul rata khayalan demikian lebih banyak berisi pengandaian "memiliki". Mestinya kita menghayal tentang hal-hal yang enak dan berisi pengandaian "menjadi". Khayalan untuk memiliki lebih sering tidak mempunyai padanan fisiknya dengan apa yang kita lakukan hari ini. Berbeda kalau kita mengkhayal untuk menjadi. Pasti dapat ditemukan bagian tertentu yang bisa kita lakukan dari mulai sekarang. Kata kunci yang membedakan adalah sekarang versus nanti.

Dampak Aktivitas khayalan liar di dalam diri sebenarnya telah banyak membuat kita rugi. Kerugian yang sudah pasti adalah waktu dan energi padahal pada saat yang sama ada pilihan lain yang menguntungkan yaitu berpikir, berimajinasi dan bervisualisasi. Perbedaannya hanya karena faktor memilih bidang konsentrasi yang berlokasi di wilayah internal dan sama-sama gratis.Kerugian berikutnya, kalau apa yang kita khayalkan berisi materi negatif yang menyangkut diri kita atau mengkhayalkan sesuatu terjadi lebih buruk atas orang lain tanpa alasan yang kokoh. Khayalan negatif punya daya tarik lebih kuat dan biasanya tanpa harus repot "to make it happens" sudah muncul apalagi dikhayalkan.

Demikian juga dengan khayalan atas orang lain. Tanpa alasan yang jelas bisa jadi apa yang kita khayalkan dapat berbalik menimpa diri kita. Banyak peristiwa atau kiamat kecil yang muncul seakan-akan tanpa sebab, padahal peristiwa itu pernah terlintas dalam khayalan kita yang tidak diingat kapan tanggalnya.Kerugian lain adalah berupa kualitas mental. Khayalan yang tidak memiliki akses ke sumber kehendak (khayalan memiliki yang enak-enak) bisa membikin orang malas dan lebih parahnya lagi, ketika imajinasi hendak kita gunakan untuk hal-hal yang penting dan bernilai bagi kita, kemampuan tersebut tidak bisa bekerja hanya karena kurang dibiasakan.

Analoginya seperti pikiran. Kalau jarang kita pakai untuk menalar tidak berarti makin awet dan kuat tetapi makin rusak/tumpul.

Pengelolaan

Banyak alasan yang membuat manajemen khayalan dibutuhkan. Salah satunya, manajemen itu hanya berfungsi sebatas mengatur pilihan arah konsentrasi dan tidak membutuhkan sesuatu yang tidak kita miliki di samping juga, manajemen tidak akan membuat kita kehilangan apapun. Malah sebaliknya, dengan manajemen ini kita akan mendapatkan keuntungan.Keuntungan paling besar adalah peristiwa yang kita ciptakan di alam khayalan dapat ditransfer menjadi materi visualisasi kreatif tentang cita-cita yang sudah kita rumuskan dalam tujuan ideal atau visualisasi target aktual. Kalau kita kembalikan ke definisi yang telah disusun para pakar, visualisasi adalah praktek melihat potret masa depan dengan penglihatan imajinasi.

Karya besar itu, kata orang, tidak diciptakan langsung secara fisik tetapi dilihat. Apa yang sudah diciptakan orang sebenarnya hanyalah menjalani apa yang sudah dilihat di dalam alam imajinasinya.Keuntungan lain adalah aktivitasi Otak Kanan dan Otak Kiri secara sadar. Patut kita akui selama ini hampir sebagian besar dari kita telah dicetek oleh kebiasaan menggunakan Otak Kiri mulai dari sistem sosial, sistem pendidikan dan pembelajaran hidup yang kita lakukan. Akibatnya Otak Kanan akan protes. Dampak negatif dari aksi protes tersebut adalah konflik (tabrakan) di tingkat cara kerja otak.

Dengan demikian akan memperpanjang proses realisasi atau malah menjadi buyar. Kalau belajar dari kisah orang sukses di manapun berada termasuk dari orang dekat yang kita kenal, umumnya mereka terdidik untuk menggunakan fungsi kedua belahan otak tersebut. Leonardo De Vinci selain seorang seniman besar (artistic) juga seorang yang ahli bidang hitung-menghitung bisnis.Pertanyaannya sekarang, dari mana kita mulai? Khayalan yang kita gunakan untuk memvisualisasikan tujuan ideal (cita-cita) jelas menuntut upaya merumuskan tujuan hidup seperti yang sudah diajarkan ilmu pengetahuan. Sebagaimana pernah saya jelaskan dalam tulisan yang lalu, acuan merumuskan tujuan hidup bisa menggunakan formula SMART (specific, measurable, attainable, relevant dan timescale).

Formula apapun yang kita anut, intinya tujuan hidup yang kita ambil dari percikan / keseluruhan cita-cita saat masih kecil harus dapat direkam / dipotret oleh pikiran secara jelas (apa, bagaimana, kapan, mengapa, dll). Khayalan di sini berfungsi untuk memperjelas dan membuat semakin jelas, mengingat konsentrasi / fokus kita pada tujuan hidup sering terganggu oleh tawaran atau godaan yang kita setujui.Adapun khayalan yang kita gunakan untuk memvisualisasi target aktual (apa yang bisa kita raih) hanya membutuhkan organisasi materi pekerjaan. Khayalan berfungsi untuk meneteskan gagasan atau ide kreatif bagaimana pekerjaan tersebut pada akhirnya diselesaikan. Praktek sering menunjukkan pekerjaan yang diselesaikan dengan gerakan fisik tanpa sentuhan ide hanya selesai dengan pekerjaan (capek, lelah dan membosankan).

Robert Kiyosaki, dalam berbagai ceramahnya di sejumlah negara, termasuk di Indonesia, selalu mengulangi ucapannya bahwa kemakmuran finansial (uang) tidak bersembunyi di dalam pekerjaan tetapi berada di alam gagasan, ide atau inspirasi. Pendapat ini klop dengan ajaran agama yang mengatakan bahwa sembilan dari sepuluh pintu rizki (uang) diperoleh dari perdagangan. Tentu bukan anjuran menjadi pedagang di pinggir jalan tetapi bagaimana menyentuh pekerjaan dengan gagasan kreatif yang menjadi soko guru untung-rugi perdagangan.Aplikasi manajemen bagi khayalan menuntut disiplin dan evaluasi. Untuk menaati disiplin dalam bervisualisasi dapat dilakukan di mana saja tanpa mengganggu rutinas.

Idealnya, kita perlu memiliki waktu khusus yang telah kita beri label untuk bervisualisasi secara rutin supaya mudah bagi kita untuk mengevalusi keterkaitan antara materi khayalan kemarin dan hari ini. Realisasi untuk menjadikan khayalan sebagai materi visualisasi menuntut model mental yang menempatkan materi tersebut sebagai pembelajaran diri atau materi "self education". Beberapa saran berikut mungkin dapat kita jadikan acuan menapaki proses realisasi khayalan.

1. Jangan malas Sebagaimana sudah disinggung breaking-down dari keseluruhan peristiwa ideal yang kita khayalkan harus berupa aktivitas yang paling mungkin untuk dilakukan sekarang. Asumsi demikian sudah klop dengan temuan teori pengetahuan fisika bahwa semua peristiwa di dunia ini tidak ada yang berdiri sendiri melainkan kemenyeluruhan yang dibentuk oleh fregmentasi partikel.
Seorang karyawan yang mengkhayal menjadi direktur tertinggi di perusahaan tempat ia bekerja dapat memulai khayalan dengan memahami art atau science yang berlalu lalang di kantor dan gratis untuk dipelajari. Apa yang sering membuat kita gagal adalah penghalang (pagar mental) yang kita ciptakan sendiri dan kita yakini pagar tersebut tercipta oleh kekuatan di luar diri kita. Pagar tersebut adalah rasa malas untuk memulai melakukan dengan berbagai alasan yang sudah kita yakini benar, tentunya.

2. Jangan takut Selain membutuhkan perlawanan terhadap kemalasan, merealisasikan khayalan juga perlu melawan rasa takut. Umumnya khayalan yang sulit direalisasikan bukan karena terlalu muluk tetapi terlalu rendah, tidak jelas dan takut kita yakini benar-benar terjadi. Padahal kalau dipikir, risiko paling fatal dari sebuah khayalan adalah tidak terjadi apa-apa kecuali khayalan kita lebih rendah dari harapan atau tujuan.

3. Jangan malu Dalam sistem sosial yang sedemikian kontradiktif, umumnya terjadi perlakuan bahwa kalau ada orang gagal menjalankan gagasannya maka orang itulah yang pantas malu, apalagi jika ia pernah melontarkan khayalan tentang cita-cita.

Treatmen demikian sebenarnya adalah refleksi dari diri kita. Perlu kita ingat, sebagian besar dari derita rasa malu yang kita rasakan tidak diciptakan oleh persepsi orang lain tentang kita tetapi diciptakan oleh persepsi kita tentang sosok kita yang memalukan menurut persepsi kita. Sementara orang lain adem-adem saja. Meskipun demikian ada siasat yang diajarkan dari sejak dahulu kala yaitu jangan mudah obral khayalan kecuali pada orang, moment dan bidang tertentu. Kalau kita pikir ulang, menjalani aktivitas mengkhayal sebenarnya adalah bentuk dari kepatuhan kita terhadap adanya hukum "possibility, impossibility& opportunity". Sayangnya kitalah yang sering meyakini (menukar) possibility tersebut dengan impossibility (kemustahilan) dan opportunity dengan ancaman atau kepastian.

Dengan tulisan ini mudaha-mudahan anda menyadari hal itu.

Hargai Airmata Wanita

Seorang anak laki-laki kecil bertanya kepada ibunya "Mengapa engkau menangis?" "Karena aku seorang wanita", kata sang ibu kepadanya. "Aku tidak mengerti", kata anak itu. Ibunya hanya memeluknya dan berkata, "Dan kau tak akan pernah mengerti" Kemudian anak laki-laki itu bertanya kepada ayahnya, "Mengapa ibu suka menangis tanpa alasan?" "Semua wanita menangis tanpa alasan", hanya itu yang dapat dikatakan oleh ayahnya.

Anak laki-laki kecil itu pun lalu tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa, tetap ingin tahu mengapa wanita menangis.

Akhirnya ia menghubungi Tuhan, dan ia bertanya, "Tuhan, mengapa wanita begitu mudah menangis?" Tuhan berkata: "Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa. Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia; namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan " "Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya " "Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh " "Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak- anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya " "Aku memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya " "Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada disisi suaminya tanpa ragu " "Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk diteteskan ".

Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan kapan pun ia butuhkan, Kau tahu: Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, sosok yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya. Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya, karena itulah pintu hatinya - tempat dimana cinta itu ada. ibu..ummi.mak..mama..mami semuanya adalah satu..inilah wanita yang paling cantik dan yang pertama kita lihat apabila kita lahir kedunia.

Maka dari itu sayangilah ibu kita jangan sesekali jadi anak durhaka.

Pengajaran bagi wanita

Dari Abu Bakar bin Sulaiman Al-Qursyi, dia berkata. 'Sesungguhnya ada seorang laki-laki dalam kalangan Anshar yang mempunyai bisul. Lalu ditunjukkan bahwa Asy-Syifa' binti Abdullah dapat mengobati bisul dengan ruqyah. Maka laki-laki Anshar itu mendatanginya lalu meminta agar dia mengobatinya lalu meminta agar dia mengobatinya dengan ruqyah. Asy-Syifa' berkata. 'Demi Allah, aku tidak lagi mengobati dengan ruqyah sejak aku masuk Islam'. Lalu laki-laki Anshar itu pergi menemui Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengabarkan kepada beliau tentang apa yang dikatakan Asy-Syifa'. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memanggil Asy-Syifa, seraya berkata. 'Perlihatkanlah (ruqyah itu) kepadaku !'. Maka dia pun memperlihatkannya. Lalu beliau berkata. 'Obatilah dia dengan ruqyah, dan ajarkanlah ia kepada Hafshah sebagaimana engkau mengajarkan Al-Kitab kepadanya'.

Dalam suatu riwayat disebutkan : 'Mengajari menulis". (Hadits shahih, ditakhrij Al-Hakim 4/56-57, menurutnya, ini adalah hadits shahih menurut syarat Asy-Syaikhani. Yang serupa dengan ini juga ditakhrij dari jalan lain oleh Abu Dawud, hadits nomor 3887, Ahmad 6/372)

Wahai Ukhti Muslimah !Wasiat Nabawi ini mencakup dua bagian. Pembahasan tentang pengobatan dengan menggunakan ruqyah. Masalah ini sudah kami kemukakan dalam salah satu dari wasiat-wasiat beliau terdahulu. (ML-Assunnah tidak memuatnya -peny)

Pengajaran tentang pengobatan dan menulis bagi para wanita. Wahai Ukhti Muslimah !Islam adalah agama persamaan, yang mempersamakan antara laki-laki dan wanita dalam masalah pahala dan siksa. Islam menganjurkan laki-laki dan wanita agar memikirkan ciptaan Allah dan berusaha untuk mendapatkan keridhaan-Nya.

Berangkat dari penjelasan ini, maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mewasiatkan Asy-Syifa' agar mengajarkan ruqyah kepada Ummul Mukminin, Hafshah, setelah dia mengajarinya cara menulis.

Jadi, wanita juga harus belajar, mendatangi majlis-majlis ilmu dan bertanya kepada orang-orang yang berilmu tentang segala hal yang hendak diketahuinya, berupa urusan-urusan agamanya, jika sang suami tidak memiliki pengetahuan tentang hal itu. Tetapi yang dimaksudkan disini bukan sekedar ilmu yang diakhiri dengan memperoleh ijazah agar bisa mendapatkan pekerjaan. Tetapi yang dimaksudkan ilmu di sini adalah apa yang terkandung di dalam Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.

Karena bagaimana mungkin engkau akan merasa puas jika engkau hanya menguasai ilmu yang berkaitan dengan urusan dunia, tetapi engkau tidak tahu urusan akhirat ? Atau bagaimana mungkin engkau berusaha untuk mendapatkan ilmu dunia, sementara engkau juga melakukan hal-hal yang membuat Allah marah, seperti ber-tabarruj, membuka aurat dan mementingkan hawa nafsu ?

Memang benar, para orang tua tidak bisa mencegah anak-anak putrinya untuk mencari ilmu. Tetapi bagaimana mungkin seorang ayah membiarkan anak putrinya pergi mencari ilmu, sedangkan dia tidak shalat, tidak pernah membaca Al-Qur'an dan bahkan tidak tahu hukum-hukum yang mestinya diketahui oleh wanita secara khusus dari urusan-urusan agamanya ? Islam telah mengajarkan kepada kita bahwa mencari ilmu karena Allah, merupakan gambaran ketakutan, mencari ilmu adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menganalisisnya adalah jihad, mengajarkannya kepada orang-orang yang tidak tahu adalah shadaqah, membiayai orang yang mencari ilmu adalah qurban, dan ilmu merupakan pendamping tatkala sendirian, dalil atas agama, Allah mengangkat suatu kaum karenanya, menjadikannya sebagai bukti dalam kebaikan dan dengan ilmu pula ibadah kepada Allah bisa menjadi sempurna, yang halal dan yang haram pun bisa diketahui.

Begitulah agama kita mengangkat kedudukan ilmu dan orang yang berilmu, menganjurkan laki-laki dan wanita untuk mencarinya. Tetapi bagaimana mungkin engkau berusaha mati-matian mendalami ilmu yang bisa mendukung kesuksesanmu di dunia, seperti ilmu arsitektur, kedokteran dan ilmu-ilmu lain, namun engkau melalaikan hal-hal yang memasukkanmu ke sorga dan menjauhkanmu dari neraka ?

Dengan cara melakukan instropeksi, engkau bisa bertanya kepada diri sendiri : Sejauh mana hukum-hukum dan ilmu agama yang engkau ketahui. Jika engkau mendapatkan kebaikan di sana, maka pujilah Allah, karena ini berasal dari karunia dan taufiq-Nya kepadamu. Dan, jika engkau mendapatkan selain itu, maka memohonlah ampun kepada Allah, kembalilah kepada-Nya dan carilah bekal dengan ilmu agamamu. Karena hal yang paling baik ialah mendalami agamamu, dan penderitaan adalah bagi orang-orang yang terpedaya oleh hal-hal yang tampak gemerlap dari ilmu-ilmu dunia, namun dia tidak memperdulikan ilmu akhirat.

Firman Allah: Dan, barangsiapa berpaling dari pengetahuanku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpun-nya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (Thaha : 123)

Begitulah wasiat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang menganjurkan para wanita agar berusaha mencari ilmu dan mendapatkannya.